Sisi keibuan srintil
Sekarang srintil benar-benar mempunyai tekad
untuk meninggalkan dunia ronggeng yang selama ini digelutinya. Dia ingin hidup
normal layaknya perempuan pada umumnya yang
bisa mempunyai suami dan keturunan. Terkadang naluri keibuannya muncul.dia
ingin sekali mempunyai anak, seperti yang terlihat pada kutipan sebagai berikut
:
“ Ah,yu. Aku tak ingin makan apapun.yang
kuharapkan dari sampean bukan makan melainkan anakmu. Nah,turunkan goder,biar
bermain bersamaku. Tanganku sudah gatal ingin menimangnya. Mari.” (RDP, 2009 :
137 )
“Hari-hari selanjutnya srintil makin larut
dalam dunia goder, larut dalam ocehan bayi yang lucu menawan. Sentuhan kulit
bayi itu menggugah perasaan aneh pada dirinya. Demikian, maka entah apa yang
dirasakan srintil ketika dia membenamkan hidung dalam –dalam ke pipi goder, tak kurang suatu apapun. Ibu
kandung yang dengan senang hati menyedikan diri menjadi tanah bagi sebutir
kecambah yang sedang tumbuh,menjadi air
yang mengalir kasih sayang dan menjadi pagar pelindung bagi si kecambah. Amanat
alam ini entah mengapa, mengema dalam sanubari srintil dan biasanya mencapai
fitrak keibuannya. “ (RDP, 2009 : 139 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar